Selasa, 21 Januari 2014

Flash Fiction : Right here...



" Wherever you go
Whatever you do
I'll be right here waiting for you..
"

 Ah.. Lagu itu. Aku tidak ingat memasukkannya dalam playlist ku siang ini. Sungguh aneh. Sudahlah, kunikmati saja. Melodi-melodi lagu itu pun terus mengalir, rangkaian nada-nada yang terkandung begitu menenangkan, sangat kontras dengan liriknya yang sungguh miris. Ekspresi kekecewaan yang dikemas dalam sebuah kesetiaan. Mengurung logika dan menggantungkan harapan pada iman. Ironis, tapi tidak salah, sama sekali.

  Dasar memang sifatku, terlarut lah aku dalam kenangan. Lembar-lembar itu mulai terbuka kembali, tertiup angin siang ini mungkin ? Entahlah. Ah benar, dia lagi. Kenangan tentang wanita itu. Senyumannya, tutur katanya, caranya menatapku. Percayalah, itu sangat membekas. 

 16.174 kilometer jarak yang terbentang. Samudra dalam yang memisahkan. New York bukanlah tempat yang bisa dengan mudah kudatangi. Apalagi hanya untuk melepas rindu, terlalu jauh ujarnya. " Jangan khawatir, Tuhan jaga aku :) " , pesannya pula kepadaku. Bukan pesan terakhir, tetap ada pesan-pesan selanjutnya. Walau tidak sesering 4 tahun lalu. Aku tidak menangis saat mengantarnya. Serius. Air di sekitar pipiku waktu itu karena hujan yang memang sangat deras saat aku pulang. (Perkara kenapa aku berdiri di tengah hujan saat itu, tidak usah lah dipertanyakan).

 Sepertinya pengarang lagu ini akan tersenyum bangga jika melihat aku sekarang, "Rasakan" pikirnya. Tak apa, ku nikmati saja lah. Lebih enak sambil menutup mata sepertinya. Ku set alarm, dan mataku pun tertutup. Aku tidak ingin malah tertidur di ruangan ini.


" Oceans apart day after day
And I slowly go insane
I hear your voice on the line
But it doesn't stop the pain
If I see you next to never
How can we say forever
Wherever you go
Whatever you do
I will be right here ..... "



Lagu itu berhenti. Mataku sudah terbuka. Diam, aku terdiam.

"Kok malah bengong sih? Bantuin dong. Berat tau", ucap makhluk manis di depanku ini. Dengan cepat ku ambil alih kopernya. "Lama sekali, seharusnya kan jam setengah 3" , ujarku. Berusaha menutupi rasa senang yang begitu memuncah. "Bingung nyari koper " , diiringi tawanya yang begitu khas. Sangat menggemaskan! .

 Yah, 4 tahun sudah berlalu. Itu mungkin bisa bertambah jika tidak kutembak dia 2 minggu yang lalu. Via skype memang, sinyal buruk pula. Tapi,itu cukup buatku mendengar "Ya" darinya, dan di sinilah dia sekarang.


"Yee, hujan !",teriaknya senang . Yaa, sama seperti hari keberangkatanmu, ujarku dalam hati. Tapi, kali ini berbeda, sangat berbeda.





____________________________________

Yang ini agak panjang hehe
Tapi, sepertinya masih memenuhi syarat untuk sebuah flash fiction, kurang dari 500 kata (rasanya) x)
Tanya kenapa? Entahlah, cerpen-cerpen karya Andi Wirambara mungkin? Ya, itu berpengaruh. Tapi, ada sesuatu yang lebih yang dapat diambil di sini :)
Apa itu ? Temukan sendiri.

Thanks for reading. JBU More! :D

0 comments:

Posting Komentar